![]() |
MA'ARIFAH AKASYAH |
Rifa suka membaca buku sejak kecil. Tetapi, ketika tervonis
minus, ia memutuskan untuk mengurangi frekuensi membacanya. Ia mulai beralih ke
dunia pena sejak mondok di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri 1. Tulisan
yang membuatnya kepincut dengan dunia tulis menulis berjudul “Ku Pinang Kau,
Adikku” karya Laela Fitri Anis Syahroni dari Solo.
Di SMA Negeri 1 Pegandon, minat menulisnya sempat mandeg.
Hanya pernah mengikuti lomba menulis surat untuk bupati dan membantu kakaknya
di lomba blog anti narkoba. Rifa menulis cerita pendek berjudul “Narko-Tika”.
Di akhir kelas XI, ia ditawari untuk ikut lomba menulis artikel Badan Arpus
tingkat Jawa Tengah. Ia mengirim sebuah artikel berjudul “Menulis Menuju
Indonesia yang Mandiri” dan berhasil masuk 12 besar. Tetapi, saat presentasi di
LPMP Jawa Tengah, Rifa harus puas dengan peringkat ke-7.
Dari pengalaman itu, semangatnya untuk menulis mulai
bangkit. Ia menulis sebuah cerpen yang dikirim ke majalah pendidikan Kabupaten
Kendal, Ganesha ’05.
Mengetahui ada wadah kepenulisan nasional Forum Aktif
Menulis (FAM) Indonesia, ia tertarik dan ingin bergabung menjadi anggota.
Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Pada momen Milad Sekjen FAM Indonesia,
yang menggelar lomba surat terbuka, cerpen dan puisi, Ia mengirimkan lima karya
sekaligus. Semuanya ia ikuti.
Kesungguhannya membuahkan hasil, cerpennya yang berjudul
“Nur Itu Keren, Lho,” terpilih sebagai cerpen terbaik dalam lomba tersebut.
Hingga berkesempatan mendapat hadiah utama, sebuah novel karya Ketua Umum FAM
Indonesia, Muhammad Subhan. Cerpen tersebut juga langsung dipublikasikan FAM
Indonesia di blog FAM dan Koran-Cyber.com. Masih dalam rangka Milad Sekjen FAM
juga, ia mendapat hadiah beasiswa sebagai salah seorang pengirim karya
terbanyak. Dua buah Piagam Penghargaan dari FAM Indonesia berhasil diraih dalam
waktu singkat. Karena beasiswa itu pula, ia langsung tercatat sebagai anggota
resmi FAM Indonesia.
Sebulan lebih bergabung dengan FAM Indonesia, harapannya
untuk menjadi seorang penulis mulai terbuka. Salah satu cerpennya yang berjudul
“Laring Pembela” berhasil lolos dalam proyek penerbitan buku antologi cerpen
yang diadakan FAM Indonesia. Itu artinya, buku pertamanya akan segera terbit.
Mottonya adalah, pertama, “Jadilah larutan penyangga
(buffer) yang stabil diterpa asam, basa, atau pengencer”. Kedua, “Buat apa kita
takut kalau untuk nekat itu gratis?”
“Semoga dengan kenekatan itu, saya bisa membentangkan
keinginan saya lebih luas, khususnya di dunia pena, bersama FAM Indonesia,”
doanya penuh harap.
0 komentar:
Post a Comment