NADIA REGINA MARTANTI |
"Anak Teknik yang Suka Menulis Sastra”
Nama lengkapnya Nadia Regina Martanti. Ia berasal dari
Gaden, RT 004/RW 004, Jatingarang, Weru, Sukoharjo. Di tempat tersebutlah ia dilahirkan
pada hari Sabtu, tanggal 17 Maret 1990. Merupakan anak pertama dari Wiji Lestari
(ibu) dan Sugiyarto (ayah). Semasa kecil ayahnya sering membelikan buku dongeng binatang, buku
cerita anak, juga kisah-kisah nabi yang selalu dibacanya berulang-ulang. Dalam
buku-buku itu banyak terdapat gambar-gambar yang menarik. Dari situlah hobi membaca
dan menggambarnya timbul.
Hobinya yang lain adalah menulis dan menyanyi. Nadia merasa bahwa
bakat itu turun dari ayahnya. Apalagi setelah ia temukan buku kumpulan puisi
sang ayah juga prestasinya sebagai juara pertama menyanyi di kabupaten Brebes
tempat beliau berasal.
Masa kecil sampai tamat SMP ia habiskan di desa yang akses
informasinya kurang pada saat itu. Nadia merasa bakat menulisnya seakan
terhenti dan tidak berkembang. Baru setelah ia masuk SMA di pusat kabupaten
minat menulisnya kembali muncul. Didukung dengan banyaknya buku sastra koleksi
perpustakaan sekolahnya, sejak itu ia mulai bangkit, rajin membaca, menulis,
dan mengirimnya ke media massa. Tapi lagi-lagi semangatnya hampir padam karena
tanggapan atau kritikan dari media yang sangat ia harapkan tak kunjung datang,
baik pada naskah yang dimuat ataupun tidak. Hal tersebut membuatnya merasa
kemampuan menulisnya tidak bisa berkembang karena tidak adanya masukan, arahan,
juga kritikan. Ditambah lagi keinginannya untuk melanjutkan kuliah di jurusan
Sastra Indonesia atau Seni Rupa ditentang oleh kedua orangtua. Akhirnya ia
vakum lagi menulis sampai menyelesaikan pendidikan terakhirnya pada tahun 2010
di Poltekkes Depkes Semarang Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Sekarang ia masih bekerja di RSU Islam KUSTATI Surakarta
sebagai Radiografer dan Petugas Proteksi Radiasi sambil melanjutkan pendidikan S1
di Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo serta merintis bisnis toko
sepatu dan tas di Sukoharjo. Namun semua kesibukan dan jadwal yang menumpuk tak
juga mampu mengubur hasratnya untuk kembali menulis. Oleh karena itu di tahun
2011, ia mulai berpikir untuk mencari wadah kepenulisan di internet yang bisa
mengobati rasa hausnya akan kritikan. Dari petualangannya tersebut, ia banyak
menyinggahi grup menulis, juga lomba-lomba hingga akhirnya melahirkan 3 buku
antalogi bersama. Tapi tetap saja Nadia merasa belum ada yang cocok di hatinya,
sampai akhirnya mengenal FAM Indonesia.
Ia pun memutuskan bergabung dengan wadah kepenulisan Nasional
FAM Indonesia, beberapa bulan setelah FAM berdiri. Usia wadah menulis yang
masih sangat muda, tetapi sudah melahirkan berbagai inovasi yang dahsyat dalam
dunia tulis menulis. Nadia tak ketinggalan ikut aktif dalam event-event lomba
yang diadakan FAM. Diantaranya pada lomba milad Sekjen FAM Indonesia. Ia
mengirimkan surat terbuka, yang berjudul “Pesan yang Kau Selipkan pada Bunga.”
Ia sangat senang karena surat terbuka itu menjadi salah satu pemenang. Sebagai
pemenang surat terbuka terbaik ke empat, yang berkesempatan dimuat di Koran-Cyber.com,
blog FAM dan akan ikut diterbitkan dalam buku terbaru Sekjen FAM Indonesia.
Pada event lomba surat terbuka kepada FAM Indonesia yang
digelar pada bulan Juli 2012, Nadia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut
berpartisipasi menyumbangkan ide kreatif untuk FAM. Di luar dugaannya, surat
terbuka yang berjudul “Ladang Surga yang Disinggahi Para Perindu Cinta-Nya”, terpilih
sebagai pemenang surat terbuka terbaik pertama. Ia berhak mendapat hadiah dari FAM
Indonesia. Ia juga mendapat piagam penghargaan dan surat terbukanya akan ikut
diterbitkan dalam buku “1 Tahun Perjalanan FAM Indonesia: Dari Aishiteru
Menulis Menuju Puncak Everest.” Buku tersebut akan ditulis oleh Ketum dan
Sekjen FAM Indonesia dan diterbitkan pada Milad ke-1 FAM Indonesia, Maret 2013.
Nadia tak mau ketinggalan untuk ikut pula menjadi peserta
Lomba Cipta Cerpen dan Cipta Puisi Tingkat Nasional 2012 yang digelar FAM
Indonesia. Naskah cerpennya yang berjudul “Hidup Ke-dua” berhasil masuk menjadi
salah satu nominator. Meski belum terpilih menjadi Pemenang, Nadia merasa
senang karena bisa ikut aktif mengirim karya pada event-event yang diadakan FAM
Indonesia.
“Aku memang anak teknik, tapi akan kutunjukkan walaupun
basic pendidikanku teknik, jiwa seni dalam diriku akan terus mengalir menghasilkan
karya-karya yang indah berfaedah dan penuh maslahat untuk umat. Lalu kuputuskan
untuk bergabung dengan FAM Indonesia. Karena aku yakin dengan pondasi “Dakwah
bil Qalam”nya, semangat anggota-anggotanya, juga bimbingan dan arahan pengurus
kepada semua anggota terutama penulis-penulis pemula, merupakan wadah yang
tepat untuk mengembangkan minat menulisku serta mencapai keinginanku membawa
kemaslahatan untuk umat,” ujarnya mantap.
[sumber: www.famindonesia.blogspot.com]
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Post a Comment