Medan, 25 Oktober 2012
To
My beloved FAM
Assalamu'alaikum FAM Indonesia.
Apa kabar FAM sayang? Hmm... semakin hari engkau semakin
hebat saja ya? Semoga engkau tak melupakanku, seorang perempuan beranjak tua
yang mencintaimu. Perempuan yang menulis di antara panci dan kuali, yang
menulis di antara setumpuk laporan dan sisa-sisa menit di sepanjang malam.
Sementara kini engkau banyak dikelilingi penulis muda dengan
segala kelebihannya, kreatifitasnya, tulisannya, ehmmm. Ah! Lupakan sedikit
kecemasanku, aku ingin bercerita suka duka awalnya aku menulis ya? Luangkan
sedikit waktu untuk membacanya ya? Tidak panjang, kok.
FAM, masih ingat aku pernah bercerita padamu, bagaimana
prosesku menghasilkan suatu tulisan? Aku menulis di atas kertas folio,
berlembar-lembar. Kemudian aku mengetiknya dengan mesin tik pinjaman. Sang
pemilik mesin tik manyun-manyun aku anggap sebagai angin sepoi, lewat saja.
Ketika naskah dimuat dan aku menerima honor, aku membelikannya sebungkus
biskuit, dia tersenyum maniiiiis sekali, semanis biskuit yang kemudian
dimakannya dengan mata berbinar. Tapi, untuk proses dimuat tulisanku itu
tidaklah mudah. Aku menangis dalam hati, dengan berbagai tantangan yang aku
hadapi. Tapi aku harus menaklukkannya, aku anak muda yang pantang menyerah.
Kesulitan hidup membuatku menjadi pribadi tangguh dan siap tempur kapan saja.
Setelah tulisan selesai, aku mengantarnya langsung ke
redaktur (salah satu koran lokal ternama). Berjalan kaki menantang teriknya
matahari, menghirup asap knalpot, menyeberang jalan padat dalam ketakutan. Di
gerbang kantor koran, aku dihadapkan pada satpam yang sangar dan bertanya apa
keperluanku. Aku katakan aku ingin mengantar naskah, mereka minta aku titip saja.
Aku tidak mau, aku ingin bertemu langsung (ada rasa pesimis, nyampe ke redaktur
enggak ya?). Akhirnya, satpam melunak, kasihan pada seorang gadis pemilik
tinggi 150 cm dan berat cuma 40 kg (waktu itu). Ketika aku sudah bertemu sang
redaktur, apa yang dilakukannya? Si gondrong yang mulutnya seperti knalpot
karena terus menerus berasap itu melengos saja. Tulisanku diletakkan di atas
mejanya yang penuh dengan kertas-kertas entah apa. Setelah itu, tulisanku tak
pernah dimuat!
Menyerah? No way! Aku petarung, bos! Aku siap berperang, aku
perempuan yang sudah ditempa pahitnya hidup. Berikutnya, aku antar kembali
naskah cerpen kedua, langsung ke depan hidungnya. Tindakannya sama, diletakkan
saja di atas meja, aku menarik nafas panjang.
"Tolong dibaca, Bang," kataku memelas.
"Enggak sempat, Dek," katanya cuek, dengan mulut
berasap dan membuat dadaku sesak. Aku tidak terbiasa dengan asap rokok, karena
Bapakku bukanlah perokok.
"Tolonglah, Bang. Biar tahu salahnya di mana,
kekurangannya apa. Yang lalu saya udah kirim juga, tapi enggak dimuat,"
sekali lagi aku memelas, sedikit memaksa. Giliran dia yang menarik nafas
panjang, kesal. Dibukanya naskah cerpenku, apa yang terjadi? Dicampakkannya
kembali ke meja sambil bergumam, "Tulisan enggak jelas!" Gubrak!!!
Akhirnya, kutinggal saja cerpenku di mejanya dengan rasa
pesimis sampai di ubun-ubun. Benar saja, cerpenku itu tak pernah dimuat. Usaha
terus, bos! Tindakan repitisi aku lakukan, tanpa bosan dan muka tebal (syukur
sekarang pakai email, ya? Jadi enggak ketahuan mukanya gimana, hehehe). Entah
karena bosan melihatku, atau karena tulisan yang pelan-pelan membaik, akhirnya
tulisanku dimuat. Duhaaai... senangnya, dunia serasa tersenyum, mendadak merasa
menjadi seleb. Koran ditunjukin ke teman-teman, di kliping, di simpan rapi,
ehmm. Setelah itu, Rara (nama penaku waktu itu, singkatan dari Rahimah Ramli)
menjadi ratu koran minggu. Hampir setiap minggu cerpenku muncul, bahkan
profilku juga muncul. Si redaktur gondrong yang kejam menjadi ramah-tamah, asap
dari mulutnya serasa awan cantik di langit yang menggumpal indah, ehh.
Ah! FAM, sayang. Ceritaku kepanjangan ya? Ma'af… semoga kamu
enggak bosan membacanya. Sekadar curhat dikit nih! Wifi di kantor sudah
seminggu ini mati. Jadi, hari ini aku nongkrong di warnet (lagi libur Idul Adha),
sengaja agar dapat menulis surat untukmu. Dan... hmmm, because I miss you too, hehehe.
Salam sayang, salam semangat, salam santun.
Rahimah Ib
FAM Medan 101U
0 komentar:
Post a Comment