Kisah semut adalah sebuah cerpen yang bercerita tentang
segerombolan semut yang terlibat percakapan ketika sedang bekerja mengumpulkan
biji-bijian. Anhar, semut bertubuh kecil ternyata bisa mengumpulkan biji lebih
banyak dari semut lainnya yang bertubuh besar. Ia bisa melakukan itu tak lebih
karena semangatnya yang luar biasa.
Kisah semut mengajarkan pada kita bahwa tujuan hidup dan
mimpi itu sangatlah penting. Itu yang menjadikan kehidupan seseorang berharga.
Bahkan, ujian hidup yang kita alami sebenarnya untuk menunjukkan betapa
nikmatnya keberhasilan yang diraih setelah melalui itu semua. Untuk melihat
pelangi yang indah, diperlukan mendung dan hujan terlebih dahulu, bahkan
terkadang petir dan badai.
Cerita ini memang singkat, namun penuh pesan dan hikmah di
dalamnya. Penulis cukup cerdas dalam memilih ‘scene’ yang berhubungan dengan
dunia semut, namun memiliki makna yang dalam, terutama untuk diambil pelajarannya
oleh manusia.
Tidak ada masalah yang serius dalam teknik penulisan. Gaya
bertuturnya pun cukup bagus. Hanya saja ada beberapa bagian yang tidak sesuai
dengan EYD. Seperti penulisan kata ‘kesana’ pada paragraf pertama yang
seharusnya adalah ‘ke sana’.
Secara keseluruhan cerpen ini bagus. FAM berharap penulis
terus berlatih agar kualitas tulisan semakin membaik. Semangat berkarya!
TIM FAM INDONESIA
[BERIKUT CERPEN
PENULIS YANG DIPOSTING TANPA EDITING TIM FAM INDONESIA]
Kisah Semut
Oleh Hamdi Alfansuri
IDFAM796S Anggota FAM
Pekanbaru
Pagi yang cerah disambut ceria serangga-serangga kecil.
Cuaca yang tak begitu panas, membiarkan para capung hilir mudik terbang kesana
kemari, lebah berpindah-pindah menghisap madu,
semut yang saling bahu-membahu mencari persediaan makanan untuk musim
panas.
Anhar berusaha memindahkan biji-bijian kecil ke sarangnya.
Dengan semangatnya yang membara, biji-bijian tersebut ia gulingkan hingga
tujuan. Dibandingkan teman-temannya yang lain, Anharlah yang bekerja paling
cepat. Bukan karena ia bertubuh besar atau yang paling kuat. Tapi, karena
semangatnya yang luar biasa. Anhar hanyalah seekor semut bertubuh mungil. Dalam
kurun waktu tak begitu lama, Anhar telah mengumpulkan seonggok biji-bijian.
“Hei, Anhar! Cepat sekali kerjamu, kami saja baru
mengumpulkan sebahagian dari apa yang engkau kumpulkan,” ucap Jali saat
berpapasan dengan Anhar.
“Ah, tidak jal, aku bekerja sama seperti kalian. Dan yang
kita kumpulkan juga sama. Jadi tak mungkinlah hasil kerjaku lebih banyak dari
kalian. Lagi pula aku hanyalah semut bertubuh mungil,” jawab Anhar ramah.
“Tak usahlah kau merendah Anhar, semangatmu sungguh laur
biasa. Tubuhmu memang lebih kecil, tapi kerja mu lebih baik dari kami,
semut-semut bertubuh besar. Tubuh besar kami, tak mampu berbuat apa-apa,”
sambung Ahmad sembari meletakkan biji yang di bawanya.
“Bukankah bertubuh besar itu lebih baik? Aku saja ingin
memiliki tubuh seperti kalian. Bahkan menjadi seekor semut raksasa,” ujar Anhar
bingung.
“Semua memang benar, tapi kami tak miliki semangat seperti
dirimu, an!” tegas Ahmad.
“Ada apa gerangan? Apa bedanya kita? Kita sama-sama sekor
semut bukan?” Tanya Anhar, yang bertambah bingung.
“Kini, semangat kami hanya untuk tetap bertahan hidup,
sedangkan engkau. . .” lanjut Jali seraya mendekati Anhar, “engkau memiliki
semangat yang luar biasa, an. Semangatmu bukan semata untuk bertahan hidup,
melainkan memiliki tujuan yang jelas, engkau ingin menjadi besar, menjadi
seekor semut raksasa, terbang leluasa di langit luas. Sedangkan kami, tak
miliki tujuan hidup yang jelas.”
“Semua hanya mimpi kawan! Lihatlah diriku, aku hanya semut
mungil. Bagaimana mungkin aku dapat menjadi raksasa? Lalu, bukankah bertahan
hidup adalah sebuah tujuan? Untuk apa engkau padamkam semangat yang ada pada
dirimu? Bukankah engkau dapat lakukan apa yang engkau mau? Tubuhmu besar dan
kuat.”
“Tapi, apa yang dapat kulakukan? Aku tak tahu itu!” jelas
Jali.
“Coba engkau tanyakan pada dirimu kawan! Engkau pasti bisa!
Teruslah bermimpi, hidup adalah mimpi!” nasihat Anhar bijak.
Langit mulai menitikkan gerimisnya, segerombolan semut itu
pun bergegas meletakkan biji-biji yang masih berada di tangan mereka setelah
itu mereka langsung berteduh di dalam sarangnya.
“Hujan mulai turun cepat kumpulkan biji-biji ini. Mari
berteduh!” sorak seekor semut.
* * *
Hujan yang turun membasahi seluruh permukaan tanah.
Daun-daun kering berjatuhan tertimpa derasnya titik-titik air. Anhar dan
teman-temannya hanya mampu berdiam diri di sarang, menanti hujan berhenti. Sesaat,
hening tanpa suara. Tiba-tiba seekor semut bertanya, seketika memecahkan
keheningan.
“Mengapa hujan terlalu lama menghukum kita di dalam sarang
ini?” ujar seekor semut.
“Hei, tak baik berkata begitu!” sanggah Jali sedikit kesal.
“Kawan, bukankah hujan menbawa berkah bagi alam? Tumbuhan,
hewan, dan manusia membutuhkan airnya. Kegersangan dan ketandusan dapat ia
obati. Mungkin engkau berfikir bahwa hujan hanya menyusahkan. Tapi sebenarnya,
diakhir cerita ia munculkan pelangi yang sungguh indah mempesona. Lihatlah di
sana kawan!” sambung Anhar seraya menunjuk pelangi yang mencoba menampakkan
dirinya sebab hujan mulai lelah menitikkan air kehidupan.
Semut-semut itu terdiam mendengar perkataan Anhar.
“Tapi. . .” ucap semut yang bertanya tadi.
“Tapi apa? Hujan adalah rahmat dari sang maha kuasa, untuk
disyukuri bukan untuk dikeluhkan,” jelas Anhar.
“Baiklah kini aku mengerti, di akhir setiap ujian atau hal
yang tak kita senangi, pasti ada kebahagian. Benar kan, Anhar?” ujar Jali.
“Ya, benar. Pelangi iti sama seperti yang sampaikan padamu
tadi. Hidup adalah mimpi, mungkin mimpi awalnya hanya membuat kita malas, namun
akhirnya ia dapat mendorong kita untuk terus berusaha menjadi yang terbaik.
Lalu mimpi akan membawa kita pada akhir yang bahagia, jika kita dapat mensyukurinya.”
“Setuju!!” sorak seluruh semut yang ada dalam majis kecil
itu.
[sumber: www.famindonesia.blogspot.com]
0 komentar:
Post a Comment