Bagaimanakah
sikap kita ketika tulisan yang kita kirimkan ke media massa cetak dikembalikan
atau tidak dimuat oleh media cetak tersebut?
Bisa
jadi tulisan atau karangan yang kita kirimkan ke media massa cetak dikembalikan
atau tidak dimuat oleh surat kabar harian. Penulis terkenal pun pernah
mengalami hal yang demikian. Saat menghadapi hal seperti itu, kita harus
bersikap pantang menyerah, tidak pernah berputus asa, dan maju terus pantang
mundur. Dalam ungkapan Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia, "rawe-rawe
rantas malang-malang putung".
Menurut
Kuncoro (2009) tidak hanya kalangan mahasiswa yang artikelnya ditolak redaktur.
Bahkan, profesor atau dosen senior pun tidak jarang mengalami kenyataan bahwa
artikel yang dikirimnya ke media masa cetak dItolak. Artikel yang ditulis oleh
mahasiswa sering kali ditolak karena analisisnya terlalu dangkal. Artikel yang
ditulis profesor atau dosen senior juga ditolak karena bahasanya dinilai
terlalu ilmiah sehingga sulit dipahami oleh masyarakat yang awam akan bidang
tulisan tersebut.
Ada
contoh yang dapat kita jadikan pelajaran. Dr. Sumardi, M.Sc., dosen
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), ketika masih kuliah pada tingkat
pertama Fakultas Sastra Indonesia di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta
pada tahun 1968, mengirimkan artikel lebih dari sekali ke berbagai media massa
cetak yang terbit di Jakarta. Setelah mengirimkan sekitar 30 artikel, sebuah
artikelnya dimuat di koran Sinar
Harapan.
Victor
Zebua, mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM pada tahun 1980-an, telah menulis 22
artikel yang dikirimkan ke harian Kompas dan semuanya dikembalikan. Ia tidak
putus asa. Ia mencoba lagi. Pada kali yang ke-23 artikelnya baru lulus dari
penilaian Redaksi Kompas. Artikelnya dimuat di halaman 4
(empat).
Joni
Ariadinata sewaktu masih mahasiswa di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta berniat
menjadi penulis cerita pendek (cerpen). Ia pun mencoba mengirimkan
cerpen-cerpennya ke berbagai majalah dan koran, termasuk ke harian Kompas.Kesemua cerpennya
ditolak. Akan tetapi, ia pantang menyerah. Ia tetap mengirimkan
cerpen-cerrpennya, meskipun juga selalu ditolak. Karena ketekunannya, cerpennya
berjudul "Lampor" dimuat di harian Kompas pada tahun 1993. Bahkan cerpennya
tersebut terpilih sebagi cerpen terbaik harian Kompaspada tahun 1994. Hingga
kini cerpen-cerpennya dapat kita baca di berbagai koran dan majalah.
Robert
M. Pirsig mengirimkan naskah Zen
and the Art of Motorcycle Maintenanceke 121 penerbit dan semua menolaknya.
Pada penerbit yang ke 122 naskahnya diterima dan diterbitkan pada tahun 1974.
Edisi paper back bukunya terjual lebih dari tiga juta
kopi. Ini mengantarkannya menjadi seorang bintang.
Jack
Canfield dan Mark Victor Hansen menulis buku Chicken
Soup for the Soul, buku yang mengungkapkan kisah-kisah yang memberikan
inspirasi. Bahan-bahannya dikumpulkan pada tahun 1989. Naskah buku ditawarkan
ke penerbit, tetapi sudah 40 penerbit menolaknya. Canfield dan Hansen tidak mau
menyerah, hingga akhirnya sebuah penerbit kecil di Florida menerima naskah
bukunya dan menerbitkannya. Buku Canfield dan Hansen oleh penerbit itu ditaksir
laku 20.000 eksemplar. Akan tetapi, kenyataannya lain. Buku Chicken Soup for the Soulsejak
pertama kali terbit hingga kini terjual lebih dari 28 juta eksemplar, dicetak
ulang berkali-kali, dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk
diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kedua penulis ini kini kaya raya.
Joanne
Kathleen (J.K.) Rowling sebelum terkenal seperti sekarang ini juga mengalami
penolakan. Novelnya, Harry
Potter, ditulis selama beberapa tahun dengan menggunakan waktu menulis
ketika anaknya tidur siang. Empat belas penerbit menolaknya. Akan tetapi, ia
juga tidak pernah menyerah. Ia menawarkan lagi naskah novelnya ke penerbit
berikutnya. Pada penerbit ke-15 novel Harry
Potter and The Sorcerer's Stone terbit,
lalu menjadi novel yang best seller. Kemudian disusul novel seri Harry Potter
yang lain hingga tujuh novel. Setelah itu ia menjadi terkenal dan kaya raya.
Penulis
juga pernah mengalami penolakan mengirimkan naskah artikel ke harianKompas.
Naskah penulis berkali-kal ditolak, tetapi penulis tidak patah arang. Penulis
coba lagi dan coba lagi. Akhirnya berkali-kali pula artikel pernulis lulus
penilaian dan pertimbangan Redaksi Kompas,
dan dimuat di kolom Didaktika dan Forum Otonomi Pendidikan. Naskah penulis yang
dikembalikan oleh Kompas,
penulis revisi dan penulis kirimkan ke harian lokal Wata Kota. Alhamdulillah,
artikel penulis lulus penilaian dan pertimbangan redaksi Warta Kota, dan muncul di
halaman atau rubrik opini Warta
Kota.
Tulisan
atau karangan yang kita kirimkan ke satu media massa cetak dan kemudian
ditolak, dapat dikirimkan ke media massa cetak lain setelah kita melakukan
revisi atau tidak melalkukan revisi sama sekali. Jika masih ditolak, kita
kirimkan ke media massa cetak lain lagi. Demikian seterusnya. Tidak ada kata
menyerah di dalam kamus penulis sejati.
________________
*)
Syukur Budiardjo, Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 119 Jakarta Pusat. Menulis
artikel, puisi, dan cerpen di media massa cetak dan media sosial. Tinggal di
Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto:
Google
0 komentar:
Post a Comment